Suku Polahi hingga saat ini masih bertahan mengisolasi diri di hutan pedalaman gunung Boliyohuto yang berada di provinsi Gorontalo. Mereka sengaja mengisolasi diri di dalam hutan, yang konon dari cerita rakyat setempat sekitar kaki gunung Boliyohuto, bahwa awalnya suku Polahi adalah suatu kelompok masyarakat yang sengaja menghindar dari tentara kolonial Belanda. Mereka merasa tinggal di hutan gunung akan membuat mereka merasa aman terhadap ancaman dari luar, terutama dari tentara kolonial Belanda.
Menurut anggapan, dilihat dari struktur fisik orang Polahi, sepertinya mereka berasal dari daerah Maluku. Karena suku Polahi memiliki struktuk fisik dan ras mendekati ras polynesia, mirip dengan orang-orang Maluku. Orang Polahi memiliki tubuh kekar, berambut ikal dan keriting, mengindikasikan mereka lebih berkerabat dengan ras orang Maluku. Dari Maluku mereka menyeberangi laut, melalui Ternate melintas pulau demi pulau dan akhirnya mendarat dan membuat pemukiman di daratan Gorontalo. Setelah sekian lama, akibat masuknya tentara kolonial Belanda, membuat mereka terdesak masuk ke pedalaman hutan dan mengisolasi diri hingga saat ini.
Di dalam hutan, suku Polahi hidup dalam kelompok-kelompok kecil pada beberapa pemukiman. Pemukiman mereka berada di hutan kecamatan Paguyaman, Boliyohuto dan Suwawa. Mereka belum mengenakan pakaian, tapi mereka telah menutup bawahnya dengan kain atau dari daun palma dan kulit kayu. Untuk tempat tinggal, mereka mendirikan rumah yang sangat sederhana, yang terbuat dari kayu-kayu yang diambil dari hutan sekitar. Rumah suku Polahi beratapkan daun-daun kering dan tidak menggunakan dinding.
Suku Polahi walaupun terlihat menjalani hidup seperti orang primitif, tetapi sebenarnya mereka tidaklah terlalu primitif, karena mereka juga berkomunikasi dengan masyarakat lain di desa yang dekat pemukiman mereka. Selain itu mereka juga mengenal cara bercocok-tanam. Di saat senggang mereka berburu binatang liar seperti babi hutan atau binatang liar apa saja yang mereka temukan, untuk memenuhi kebutuhan akan daging bagi masyarakat mereka.
suku Polahi
|
Meski hidup mereka adalah di pegunungan dan hutan, namun mereka masih berharap pemerintah menerima keberadaan mereka seperti yang lain, dan melindungi mereka selayaknya mereka adalah masyarakat yang baik. Mereka mulai membaur dengan masyarakat lain, dengan mengikuti pola budaya dan agama yang hilang dari mereka selama beratus-ratus tahun lamanya, dan keberadaan mereka pun senantiasa diterima secara luas, baik oleh masyarakat maupun pemerintah.
contoh bahasa Polahi:
- “nene wololo habari? = bagaimana kabarnya nenek”
- “piyo-piyohu wa’u = saya dalam keadaan sehat wal afiat”
- “wolo harapauwo li nene to dulahe botiya = apa yang nenek harapkan hari ini?”
- “watiya tiliyango tawuda’a, harapuwo’u wa’u olo delo tawuwewo, otoliango lo olongiya lolipu” = saya diajak kepala desa untuk acara ini, ya harapan saya, sama halnya dengan teman-teman lain, dicintai raja (bupati)”
- “ami olo ju delo tawuwewo, debo hitumula bo delo ta pilotutu to kambungu modaata, bo ami tilimuato to kambungu to huidu wawu o’ayuwa, bolo ambunguwolo tuwani, alihu ami olo delo otoloma, openu tutumulo lami to kambungu o’ayuwa” = kami juga sama seperti yang lain, hidup dan dilahirkan di kampung padat penduduk (kota) hanya saja kami dilahikan dikampung pegunungan dan hutan rimba, maafkan ya pak, sekiranya kami jangan dilupakan, meski hidup kami hanyalah di gunung dan hutan
Suku Palohi sudah cemar dengan di'islam'kan. Sangat disayangkan! Memperhatikan mereka itu melalui pendekatan dibidang kesehatan dan pendidikan. Diajarkan hidup normal dan sehat dengan tidak melakukan incest, diajari calistung dan bukan di'islam'kan, karena mereka sudah menjalani hidup sebagai animism
BalasHapus